Blog Edukasi Kesehatan, Marketing, Sosial, Gadget, Motivasi.
Wednesday, 14 January 2015
Saat Kotak Hitam AirAsia Ditemukan dan 3 Jenazah Teridentifikasi
Saat Kotak Hitam AirAsia Ditemukan dan 3 Jenazah Teridentifikasi
Rajut
By Dian Kurniawan
on Jan 12, 2015 at 00:31 WIB
Proses pengangkatan Ekor AirAsia QZ8501di Laut Jawa (sumber: dokumentasi TNI)
Liputan6.com, Jakarta - Rasa lelah tim pencari AirAsia
QZ8501 sirna sudah setelah tim penyelam TNI AL yang berada di Kapal
Negara (KN) Jadayat, berhasil menemukan benda yang paling dicari-cari
yakni kotak hitam (black box) AirAsia QZ8501.
Koordinator
Tim Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, A
Tonny Budiono pada Minggu (11/1/2015) menyebutkan, kotak hitam itu
berada pada posisi 03.37.21 S atau 109.42.42 E dengan kedalaman sekitar
30 sampai 32 meter.
Disebutkan, kotak hitam berada di himpitan
serpihan badan pesawat. Kondisi ini membuat penyelam kesulitan untuk
mengambilnya. Karena keterbatasan waktu, tim memutuskan mengambil black
box Senin 12 Januari 2015.
Ada dua skenario proses pengambilan
kotak hitam. Pertama dilakukan dengan menggeser berlahan-lahan serpihan
badan pesawat. Jika cara ini gagal, tim akan menggunakan skenario kedua
yakni dengan mengangkat serpihan badan pesawat menggunakan teknik balon
seperti yang dilakukan pada ekor pesawat.
Guna memudahkan
pengambilan kotak hitam, tim penyelam TNI AL telah memasang Marker Buoy
kecil yang sebelumnya telah disiapkan di KN Jadayat.
Sebelum penemuan kotak hitam ini dipastikan, 3 kapal lebih dulu menyatakan berhasil mendeteksi ping atau sinyal Emergency Locator Transmistion (ELT) yang dipancarkan kotak hitam AirAsia QZ8501.
Ketiga
kapal tersebut yakni Kapal Baruna Jaya I, Java Imperia, dan GeoSurvey.
Sinyal kotak hitam AirAsia itu ditangkap Minggu (11/1/2015) pagi, atau
tepat di hari ke-15 pencarian pesawat yang hilang kontak pada Minggu 28
Desember 2014.
Menko Kemaritiman Indroyono Soesilo mengatakan, 2
kapal milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yakni
Baruna Jaya I dan Java Imperia berhasil menangkap sinyal ELT kotak hitam
AirAsia dengan menggunakan mesin Pinger Locater yang ada di 2 kapal tersebut. Sinyal tertangkap di kedalaman 30 meter di Selat Karimata, lokasi jatuhnya AirAsia.
"Tadi
jam 10.00 WIB, saya dapat kabar mengenai fix ini. Tapi kalau orang
tanya mana black boxnya? Ya itu 2 titik lintang dari 2 kapal yang
berbeda," kata Indroyono di Kantor BPPT, Jakarta.
Dia menjeaskan,
Kapal Baruna Jaya I menemukan koordinat sinyal ELT berada pada 3
derajat 37 menit 20,7 detik Lintang Selatan dan 109 derajat 42 menit 43
detik Bujur Timur. Sementara Kapal Java Imperia menangkap sinyal pada
koordinat 3 derajat 37 menit 21,13 detik Lintang Selatan dan 109 derajat
42 menit 42.45 detik Bujur Timur. Perbedaan lokasi koordinat ini sejauh
20 meter.
"(Ping) Ini dikirim dari black box dan Insya Allah
benar," ungkap Indroyono. Dia yakin 2 lokasi tersebut merupakan titik
tempat kotak hitam AiraAsia, karena sebelumnya sudah dilakukan
pemeriksaan dan diverifikasi.
Letak penemuan sinyal ELT ini
sendiri berada sejauh 2,5 kilometer barat laut dari lokasi ekor pesawat
AirAsia QZ8501 yang sudah ditemukan lebih dulu. "Pergesaran lokasi ping
ELT dan ekor pesawat kami duga kuat karena arus laut yang ada," tandas
Indroyono.
Kepala BPPT Unggul Priyanto di Kantor BPPT mengatakan, temuan ini lebih cepat dari target yang ditentukan. "Ini lebih cepat 3 hari, kita menargetkan 17 hari," ujar Unggul.
BPPT
menurunkan 2 kapalnya ke lokasi jatuhnya Pesawat AirAsia, untuk
membantu pencarian kotak hitam pesawat, sejak 30 Desember 2014. Dua
kapal ini diawaki 17 ABK, 15 personel teknis, dan 2 humas.
Kedua
kapal itu akhirnya berhasil mendeteksi ping atau sinyal ELT kotak hitam
AirAsia QZ8501. Dengan temuan ini, BPPT akan secepatnya mengangkat kotak
hitam tersebut. "Kalau sudah selesai kita pulangkan (awak kapal),"
ujar Unggul.
Selain berhasil menangkap sinyal ELT black box AirAsia QZ8501, kapal BPPT juga berhasil menemukan 2 obyek besar.
"Obyek
itu terekam menggunakan sonar 2 kapal. Tapi kami belum bisa pastikan
itu AirAsia atau bukan," kata Menko Kemaritiman Indroyono Soesilo.
Menurut
Indroyono, objek itu belum bisa dikonfirmasi kebenarannya karena harus
diperiksa lebih dulu melalui penglihatan para penyelam. Sama seperti
penemuan ekor pesawat. Kendati demikian, Indroyono percaya citra yang
ditangkap sonar tidak meleset seperti pada peristiwa Adam Air.
"Kita
percaya karena ini berdasarkan pengalaman waktu Adam Air, Kapal Bahuga
Jaya, bis dan sedan di jembatan Kutai, saya berpendapat, ini sekian
kalinya dapatkan black box," ujar Indroyono.
Hasil temuan ini
akan segera dikonfirmasi kebenarannya. Setelah benar-benar
terkonfirmasi, semua informasi diserahkan ke Komite Nasional Kecelakaan
Transportasi (KNKT) untuk ditindaklanjuti.
"Itu tugas KNKT. Dan
itu dilaporkan untuk penyelam diturunkan di lokasi. Karena kalau kita
yang angkat takutnya rusak, karena itu dikirim penyelam," tandas
Indroyono. 3 Jenazah Diidentifikasi
Di RS Bhayangkara Polda Jawa Timur, Tim Disaster Victim
Identification (DVI) pada Minggu (11/1/2015) berhasil mengidentifikasi 3
jenazah penumpang AirAsia QZ8501. Ketiganya yakni 2 warga negara asal
Korea Selatan dan 1 WNI asal Tarakan Tengah, Kalimantan Timur.
"Dua
WNA Korea Selatan pasangan suami istri atas nama Seoung Beom Park
berusia 37 tahun dan Kyung Hwa Lee berusia 34 tahun. Sedangkan, WNI
adalah Vera Chandra Kho," ujar Kepala DVI Polda Jatim Kombes Pol
Budiyono di Crisis Center Mapolda Jatim, Surabaya.
Pasangan suami istri itu berhasil diidentifikasi dari pemeriksaan gigi. Pada gigi kedua jenazah terdapat tambalan emas, serta gendongan bayi
yang menempel di jenazah Seoung Beom Park. Sedangkan jenazah Kyung Hwa
menggunakan bra menyusui. Sementara bayi mereka belum ditemukan.
Kini jenazah keduanya dititipkan di lemari pendingin (cool storage) RS Bhayangkara Surabaya, Jawa Timur, sampai pihak keluarga memutuskan kapan kedua jenazah diambil.
"Dua jenazah warga Korsel sementara dititipkan di cold storage sampai menunggu keputusan dari keluarga," ucap Budiyono.
Adapun
korban asal Tarakan Tengah bernama Vera Chandra Kho, usia 19 tahun.
Jenazah berhasil diidentifikasi dengan menghubungi dokter gigi korban
semasa hidup di kawasan Tarakan Tengah, yang kemudian dari hasil
rekamnya dinilai memiliki kesamaan primer berupa data gigi.
Terungkapnya
identitas korban ditambah properti berupa anting-anting korban yang
sama persis dibuat identik dengan milik adik korban. "Berdasarkan data
pemeriksaan primer dan sekunder maka tak terbantahkan lagi jenazah
tersebut adalah Vera Chandra Kho yang berusia 19 tahun," kata Budiyono.
Dari
hasil identifikasi hari ini, maka total korban pesawat AirAsia QZ8501
yang sudah diidentifikasi sampai hari ke-15, yakni 32 jenazah dari 48
jenazah yang sudah ditemukan tim SAR gabungan. "Sisanya 16 (jenazah)
masih proses dan masih menjadi PR kami," pungkas Budiyono.
Masih
di hari yang sama saat penemuan kotak hitam pesawat, Kapal Crest Onyx
pembawa ekor AirAsia QZ8501 merapat di Pelabuhan Panglima Utar Kumai,
Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Kapal berwarna oranye itu merapat
minggu sore sekitar pukul 16.40 WIB.
Pantauan Liputan6.com,
proses pemindahan ekor pesawat dilakukan menggunakan crane dari Kapal
Navigasi Arcturus milik Direktorat Jenderal Perhubungan Laut
Kementerian Perhubungan. Ratusan warga setempat berjejal di dermaga
pelabuhan hendak melihat dari dekat seperti apa ekor AirAsia QZ8501 yang
dibawa KN Crest Onyx.
Pesawat AirAsia QZ8501 hilang kontak pada
Minggu 28 Desember 2014 pukul 06.17 WIB. Pesawat tersebut berangkat dari
Bandara Juanda Sidoarjo dan hendak menuju Singapura. Pesawat membawa
155 penumpang dan 7 awak pesawat yang terdiri dari 1 pilot, 1 ko-pilot, 2
pramugara, 2 pramugari dan 1 teknisi. (Sun/Ali)
No comments:
Post a Comment